Sunday 14 February 2016

FF SHINee : Pixie Rain [Part 5]



 OMAIGAAADDD
Maafkan saya kawan semuaah kalo udah lama ngilaaang~
ngga bermaksud untuk sembunyi, tapi akhir2 ini lagi disibukkan dengan pekerjaan. *bersyukur*
jadinya banyaaak hal yang terabaikan
maaf ya maaaf

dan kali ini saya bawa lanjutan FF sayaaa
yang mau baca part sebelumnya bisa klik DISINI
langsung aja yaawww




Tittle                    : Pixie Rain [Part 5]
Author                 : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Comedy, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                “Cklek!” Pintu kamar mandi terbuka. Yunbi yang tengah berdiri tepat didepannya sempat bertukar tatapan beberapa detik sampai Minho menyadari ponsel yang namja itu genggam adalah miliknya.
                “Apa yang kau lakukan?!” Tanya Minho dengan nada tinggi.
                “I…itu….”
                “Siapa yang mengijinkanmu menyentuh barang-barangku?!?”
                Yunbi tersiagap.
                Bukan main-main namja itu terlihat sangat marah. Bahkan ia sudah mengepalkan tangannya siap untuk melayangkan tinju. Yunbi hanya mampu menahan nafas sambil menutup kedua matanya. Ia membayangkan mungkin dalam beberapa detik sebuah pukulan akan mendarat di pipinya dan meninggalkan bekas disana.
                “BLAM!”
                Jantung Yunbi hampir saja lepas ketika mendengar suara pintu dibanting dengan keras. Ia membuka matanya perlahan, takut-takut kalau Minho masih berdiri dihadapannya dan hendak melayangkan pukulan. Namun tak ada siapapun disana. Yunbi baru bisa menghirup udara saat menyadari Minho lebih memilih untuk pergi meninggalkan kamar itu ketimbang melampiaskan amarah padanya.
                Yunbi memang mengaku salah karena ia tidak seharusnya menyentuh barang orang lain tanpa ijin. Tapi apakah hanya karena Yunbi memegang handphone Minho, ia harus semarah itu? Apakah ‘sesuatu’ yang tidak sengaja Yunbi lihat disana memang tidak seharusnya dilihat oleh siapapun? Ataukah jika handphone itu dipegang orang lain maka korea utara akan langsung melepaskan misilnya untuk menyerang Busan?
Pikiran Yunbi melalangbuana tidak karuan. Dia terduduk menghadap ke arah pintu dengan tatapan yang kosong. Dalam sekejap nyanyian jangkrik dari taman belakang sekolah bercampur suara penghuni asrama lain sayup-sayup memenuhi sudut kamar Yunbi. Aneh sekali. Yunbi tidak pernah merasa se sepi ini.
Dua teman sekamarnya meninggalkan Yunbi begitu saja. Minho pergi karena marah, dan Taemin yang berpamitan untuk membeli makanan belum juga kembali. Ini sudah hampir pukul 22.30, kemana sebenarnya namja itu pergi? Yunbi harus segera menceritakan kejadian malam ini pada Taemin agar namja itu bisa membantunya berbaikan dengan Minho. Tapi sayang, saat sedang dibutuhkan Taemin justru menghilang.
                “Drrttt…drrrttt…”
                Yunbi mencoba menelpon Taemin namun ponselnya justru bergetar diatas tempat tidur. Kebiasaan ‘pelupa’ namja itu rupanya kambuh lagi.
Entah Jokbal atau apapun itu sekarang Yunbi bahkan sudah kehilangan selera makan. Ia mencoba untuk berfikir tenang sambil berbaring diatas tempat tidur. Menebak kemungkinan demi kemungkinan yang terjadi sampai-sampai Taemin pulang terlambat seperti sekarang. Ini sudah sangat malam dan Taemin belum juga kembali, bagaimana jika tiba-tiba Mr Yoo datang untuk memeriksa keadaan asrama?
Saat itu juga tiba-tiba ponsel Taemin kembali berdering, rupanya ada pesan singkat.
Tentu saja Yunbi tidak ingin mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya dengan mengutak atik ponsel milik orang lain. Tidak, Yunbi tidak akan mengulanginya.
Ia sempat berargumen dengan dirinya sendiri, apakah akan memeriksa ponsel Taemin atau justru membiarkannya begitu saja. Yunbi berfikir mungkin saja Taemin memiliki janji dengan sesorang yang bisa ia temukan di ponsel itu. Ya, pasti ada sesuatu yang bisa ia temukan didalam sana.
Dan Yunbi melakukannya. Dengan sekali geser, ponsel itupun terbuka.
                Tapi yang tertera di layar bukanlah wallpaper ataupun menu utama, melainkan aplikasi notes yang sepertinya belum sempat Taemin tutup sebelum layarnya terkunci.
                “Apa ini…”
                Kali ini kedua mata Yunbi menyipit begitu membaca title dari notes itu. Setiap title notes ditulis bukan dengan sebuah kalimat atau catatan seperti yang orang lain simpan pada umumnya, melainkan deretan 6 angka dengan awalan yang sebagian besar sama. Ada begitu banyak file, sampai-sampai Yunbi membutuhkan beberapa waktu untuk menyadari bahwa angka-angka tersebut menunjukkan sebuah tanggal dengan urutan Tahun-Bulan-Tanggal. Dan didalamnya hanya tertulis beberapa tempat di dalam sekolah ini.
Dari yang Yunbi lihat, tanggal pertama yang ditulis disana dimulai hampir dua tahun lalu. Sedangkan tanggal terakhir adalah seminggu yang lalu. Tepat satu hari sebelum Yunbi pindah kemari. Membuat namja itu semakin penasaran.
                ‘Kenapa Taemin menulis semua ini?’ Yunbi masih tidak bisa mengerti.
                Yunbi jadi teringat dengan pesan yang baru saja masuk. Cepat-cepat ia membuka kakaotalk dan memeriksa isinya. Sebagian besar tidak mencurigakan, namun satu dari nama yang tertera disana membuat Yunbi penasaran. Dikirim dari seseorang dengan uname ‘King of iljin’, pesan terakhir yang Taemin terima sore tadi adalah “Orang itu kau kan?”
                DEG!
                Yunbi menggeser percakapan itu ke atas dan membaca satu persatu isinya. Ia bisa menemukan kalimat “Aku tunggu kau di backstage.”, “Jangan berani-berani cerita pada siapapun.” dan “Belikan aku roti, sekarang!” Semua pesan itu masuk oleh pengirim tanpa balasan dari Taemin.
Balon pesan hanya berada di satu sisi.
Dikirim terus menerus.
“Ah bibirmu… Apa woohyun memukulmu begitu keras?”
Kalimat yang pernah ditanyakan Taemin pada Yunbi tiba-tiba terngiang dalam pikirannya. Saat itu… kenapa Taemin bisa tahu persis bahwa yang memukulnya adalah Woohyun?
                “Di sekolah ini ada satu geng yang berbahaya. Mereka merupakan iljin. Apapun yang terjadi kau harus menghindarinya. Harus!”
“Seolma…”
“Sekalinya kau jadi sasaran mereka, kau tidak akan pernah bisa lepas darinya. Perlu kau tahu, di kelas kita bahkan pernah ada siswa yang hampir bunuh diri karenanya.”
Apakah Taemin orang itu? Apakah Taemin yang selama ini menjadi sasaran mereka? Itu tidak mungkin kan? Itu tidak mungkin bahwa Taemin merupakan siswa yang hampir bunuh diri karenanya. Tidak mungkin… kan?
Yunbi melirik ke arah jam dinding, sekarang pukul 11 malam dan hanya dia satu-satunya orang yang berada di dalam kamar. Sebelumnya Taemin berjanji akan kembali dalam sepuluh menit, namun ini sudah lebih dari satu jam dan dia belum juga muncul. Belum lagi Minho yang langsung pergi karena kejadian tadi.
‘Ah… apa yang harus aku lakukan??’
Yunbi bukan tipe seseorang yang akan berkorban demi orang lain, ia juga bukan tipe yang memikirkan perasaan orang lain ketimbang dirinya. Selama ini Yunbi hidup hanya demi memenuhi apa yang ia inginkan. Jika teman-teman mulai menjauhinya, maka Yunbi hanya perlu memberikan mereka beberapa barang dan melakukan hal menyenangkan bersama.
Tapi sekarang Yunbipun tidak sanggup mempercayai dirinya, ia berjalan keluar asrama sendirian demi mencari seseorang yang baru saja ia kenal. Seseorang yang bukan siapa-siapa. Yunbi sudah berusaha mengabaikannya, namun sikap baik yang dilakukan Taemin padanya selama ini benar-benar mengganggu pikiran Yunbi.
 “Annyeonghaseo…” sapa Yunbi pada penjual jokbal setelah ia berhasil kabur dari asrama melewati ‘jalan pintas’ yang pernah Taemin tunjukkan padanya.
“Oh maaf nak, kami sudah ingin tutup.”
“Aniyo, aku hanya ingin bertanya apakah seorang siswa berambut jamur dengan jaket berwarna abu-abu masih ada disini?”
“Oh Taemin?” Ahjumma penjual Jokbal itu langsung mengenali orang yang Yunbi maksud. “Iya tadi dia sempat kemari tapi kemudian buru-buru kembali setelah mendapatkan makanan yang ia pesan. Bukankah sudah satu jam yang lalu asrama sudah ditutup?”
Yunbi terkejut mendengar jawaban ahjumma itu. Ia jadi takut sesuatu yang buruk menimpa Taemin. Cepat-cepat Yunbi kembali ke sekolah sebelum waktu terbuang lebih banyak. Yunbi jadi bimbang antara harus menemukan Taemin seorang diri atau melaporkan kehilangannya pada penjaga asrama. Namun kepergian Taemin setelah jam 10 malam merupakan sebuah pelanggaran.
Akhirnya Yunbi memutuskan untuk pergi sendirian mencari namja itu. Kalau memang ini adalah ulah para geng iljin, mereka pasti masih ada disekitar sekolah.
Tempat pertama yang Yunbi datangi adalah backstage gedung teater tempat ia mendapatkan ‘pelajaran’ dari mereka sebelumnya. Tapi sayangnya tidak ada siapapun disana. Yunbi berpindah ke aula sekolah, gedung olahraga, dan bahkan ke gedung utama. Ia berjalan dalam gelap. Yunbi juga tidak bisa berteriak memanggil nama Taemin karena itu bisa membuatnya ketahuan. Satu-satunya yang bisa Yunbi andalkan hanya penglihatannya yang terbatas, dan juga pendengarannya kalau-kalau ada suara Taemin yang berteriak di sudut sekolah.
Namun ketika Yunbi mulai meninggalkan gedung sekolah menuju asrama, ada sebuah derap langkah yang berjalan ke arahnya. Yunbi panik kemudian berlari kembali ke dalam gedung, saat itulah ada sorot lampu senter sang penjaga sekolah yang terpancar dari kejauhan.
“Siapa disana?” teriak penjaga gedung.
Habis sudah. Yunbi tidak tahu apakah ia harus keluar gedung menuju ‘seseorang dengan derap langkah yang ia dengar sebelumnya’, atau mencari tempat bersembunyi di dalam gedung untuk menghindari penjaga sekolah. Ia bimbang.
Saat itu juga tiba-tiba ada sebuah uluran tangan yang dengan cepat menarik tubuh Yunbi dan membawanya ke masuk dalam kelas. Hampir saja Yunbi berteriak, tapi orang itu dengan sigap menutup mulutnya dan mengunci Yunbi dengan tubuhnya di balik pintu.
Yang terdengar hanya deru nafas mereka berdua. Seseorang yang memiliki tinggi lebih dari Yunbi itu tampak was-was sambil melirik ke luar ruang kelas dimana sorot lampu senter berjalan semakin dekat.
Yunbi melirik namja itu dengan ekor matanya. Karena meskipun tak ada satupun kata yang keluar dari bibir namja itu, dari postur dan bau cologne yang begitu khas tercium dari tubuhnya, Yunbi sangat mengenalinya.
Yunbi mematung sementara namja yang berada tepat didepannya masih berusaha waspada. Sorot lampu senter yang memancar di balik pintu dimana mereka bersembunyi sekarang tampak berputar-putar sejenak sebelum akhirnya menyorot masuk ke dalam kelas. Hampir saja bayangan mereka terlihat, namun dengan cepat namja itu menekan tubuh Yunbi ke tembok lebih rapat demi menghindari sorotan lampu itu, membuat tengkuk Yunbi semakin menegang.
                Tapi kemudian sorot lampu itu berpindah kembali ke lorong. Lama kelamaan menjauh sampai hilang sama sekali. Saat itu pulalah namja yang Yunbi tahu adalah Minho melepaskan tubuhnya dari Yunbi, membuka pintu dan pergi tanpa berkata apapun. Yunbi yang masih dalam mode menbung pun ikut berlari keluar dari gedung utama menuju asrama sebelum namja itu semakin jauh meninggalkannya.
                “Sekali lagi jika kau bertindak bodoh, aku tidak akan menyelamatkanmu.” Minho berujar lirih sambil terus berjalan.
Yunbi tidak berani menjawabnya.
                ‘Ah iya… Taemin!’ Tadi Yunbi bermaksud keluar untuk mencari namja itu. Tapi bukannya ketemu, ia justru hampir tertangkap oleh penjaga sekolah. Sebenarnya ia masih ingin kembali keluar untuk meneruskan pencariannya, namun Yunbi tidak yakin bisa melakukannya sendirian.
                “Itu… Taemin… dia….”
                “Dia sudah masuk ke dalam kamar.” Jawab Minho singkat. Masih dengan nada datar namja itu mendahului langkah Yunbi menaiki tangga kemudian masuk ke kamar 305. Semula Yunbi tidak langsung percaya, namun tak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain membuktikan ucapan namja itu.
Dan benar, ketika Yunbi masuk ke dalam kamar, di sana terlihat seorang namja yang tengah duduk di pinggiran tempat tidur Yujin. Taemin tengah tertunduk, memegangi bahu kirinya.
                “Taemin?”
                “Oh Bi-yah! Kemana saja kau?”
                Seketika Yunbi terdiam, lama kelamaan bahunya merosot. Hampir saja namja itu jatuh terduduk jika tangannya tidak kembali menggengam gagang pintu yang baru saja ia tutup.
                “Kau…?”
                “Ah ini dia Jokbalnya!” Taemin meraih sebuah bungkusan plastik yang berada di sampingnya. “Sudah agak dingin, tapi ini masih enak!” Sebuah senyuman mengembang di pipi namja itu, membuat Yunbi semakin tidak tega melihatnya.
                Minho yang lebih dulu masuk ke dalam kamar langsung berbaring di tempat tidurnya seperti biasa. Belum sempat ia memasang headset untuk mendengarkan musik, tiba-tiba sebuah suara tangisan lebih dulu masuk ke dalam telinganya. Minho kemudian menoleh untuk mencari sumber suara itu.
                Diluar dugaan, yang ia temukan disana ternyata sosok Yunbi yang tengah terduduk dilantai memegangi lutut Taemin sambil menangis. Yunbi tampak sangat terpukul. Membuat Minho mengerutkan dahinya heran, karena bagi minho ini bukan pertamakalinya ia melihat apa yang terjadi pada Taemin sekarang.
                Wajah Taemin lebam kebiruan, sudut bibirnya berdarah, lengan jaket sebelah kirinya robek, celana bagian lututnya kotor dan buku-buku jarinya lecet.
                Yunbi tidak percaya dugaannya benar. Bahwa selama ini Taemin lah yang menjadi sasaran bully para geng iljin itu. Seharusnya ia tahu bahwa orang yang melaporkan kejadian saat Yunbi dibully pada Mr Kim adalah Taemin. Hanya demi ingin membelikan Yunbi sebuah Jokbal, Taemin harus tertangkap mereka dan kembali mendapatkan pukulan.
                Baru kali ini Yunbi menemukan ada orang yang memiliki kepribadian seperti Taemin. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Taemin melewati hari-harinya selama ini. Pasti sangat sulit baginya sampai ia terfikir untuk bunuh diri. Dan bahkan semua ini sudah terjadi hampir 2 tahun selama ia menjadi siswa disekolah ini.
                “Ya… kenapa kau malah menangis? Bukankah kita akan makan Jokbal malam ini?” Taemin justru bingung melihat Yunbi yang tiba-tiba menangis didepannya. “Ayolah Yunbi…. Jangan jadi cengeng seperti seorang yeoja huh?”
***
                Pukul 3 sore. Yunbi baru saja ingin mengganti baju seragamnya ketika seseorang tiba-tiba membuka pintu dan menghentikan aktivitas namja itu.
                “Kenapa cepat sekali? Bukankah seharusnya kau masih bersama Naeun?”
                Taemin yang baru saja masuk ke dalam kamarnya dengan malas duduk di pinggiran tempat tidur Yunbi.
                “Apa dia tidak jadi mengobatimu?” Yunbi penasaran. “Aku sudah menyampaikan semua sama seperti yang kau katakan. Dia juga sudah berjanji untuk datang. Apakah kalian bertengkar atau semacamnya?”
                Yang diajak bicara justru menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
                “Ya! Apa yang sebenarnya terjadi? Apa semua tidak berjalan lancar? Apa dia mengatakan sesuatu padamu? Atau ada hal lain?” Yunbi makin tak sabar. “Ada apa sebenarnya huh? Cepat-cepat ceritakan padaku. Apakah kau…”
                “Dia bilang padaku untuk berhenti menemuinya.”
                Giliran Yunbi yang terdiam. Bibirnya membeku dalam beberapa detik.
                “Dia bilang aku terlalu jelek, tidak populer, dan pengecut.” Pasti terasa begitu pahit saat menceritakannya, bahkan Yunbi yang mendengarnya pun tidak percaya jika kalimat itu keluar dari bibir Naeun. “Dia juga bilang kalau aku bukan tipenya. Dia bahkan mengatakan jika ia tidak menyukaiku bahkan disaat aku belum sempat mengutarakan perasaanku padanya...”
                ‘Apakah itu (perasaan Taemin pada Naeun) terlihat terlalu jelas?’
                “…Setelah hampir 2 tahun, aku tidak menyangka ia berfikiran seperti itu. Bahkan lebih dari pada itu dia…” Taemin menghentikan ucapannya sambil menatap kea rah Yunbi sedih. “Dia justru meminta nomor telponmu padaku. Dia bilang dia lebih menyukaimu.”
                “Ne?” Yunbi hilang kata-kata. “I…itu…” Tadi saat mereka sempat bertemu di taman, Naeun memang meminta nomor ponsel Yunbi. Namun Yunbi tidak langsung memberikannya, melainkan ia justru meminta Naeun memenuhi permintaannya untuk bertemu dengan Taemin lebih dulu. Yunbi sama sekali tidak mengira Naeun akan meminta nomer ponselnya pada Taemin secara langsung…
                Beberapa lama menunggu penjelasan Yunbi yang tak kunjung muncul, Taemin langsung bangkit. Ia berjalan ke arah pintu kemudian mencari sesuatu dalam tasnya yang tergantung disana. Sepucuk surat dengan kertas berwarna merah muda. Taemin memandangi kertas itu lama sebelum akhirnya berbalik menghampiri Yunbi.
                Tapi belum juga ia melangkahkan kakinya, tiba-tiba Taemin terperanjat.
“K-kau si-siapa?”
DEG!
                Yunbi tidak langsung menjawab.
“Apa maksudmu?” ucapnya penuh tanda tanya.
                Taemin melihat ke arah Yunbi dengan horrornya. Ia seperti baru saja menemukan sebuah mummy bisa bermain skateboard.
                “K-kau… apa kau hantu?” kali ini Taemin setengah berteriak. Langkahnya semakin lama semakin menjauhi Yunbi dan membuat ‘jarak’ diantara mereka.
                “Aku bukan…” Yunbi pun tiba-tiba menghentikan ucapannya ketika ia menyadari sebuah helaian rambut yang menjulur melewati bahunya tertiup angin. Membuat Yunbi sadar kalau tubuhnya sudah berubah kembali menjadi… YEOJA!
                “KYAAA!!!” yeoja itu berteriak spontan. Yunbi tidak menyangka jika ia bisa kembali menjadi yeoja disaat ia dan Taemin tengah berada didalam sebuah perdebatan.
                “Tok! Tok! Tok! Buka pintunya!”
Saat itu juga mereka mendengar teriakan dari luar. Yunbi masih bertukar tatapan dengan Taemin dikala mereka menyadari bahwa Minho lah yang berdiri disana.
Habis sudah.
-To Be Continue-

waaaaaa Yunbi jadi cwek lagi!!
waaaaaa ketauan sama Taemin!!
waaaaaa ada Minhoo
gawat mameeen. terus gimana ya nasib yunbi selanjutnya? tunggu deh hihihi. semoga sabar menunggu yaaa. sampai ketemu di part selanjutnyaaa

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...